Lima Siklus Ini Bakal Dilalui Orang yang Suka Berutang

Uang  
Siklus berutang
Siklus berutang

Uang punya banyak cara memengaruhi kesehatan mental kita. Apakah kamu pernah melakukan kesalahan finansial, kemudian terbangun tengah malam sambil membolak-balik amplop tagihan yang belum dibayar? Apakah kamu pernah sedih melihat saldo rekening yang tak lagi bisa dilakukan penarikan minimal?

Kecemasan kita meningkat begitu memikirkan utang sana sini yang membayangi sepanjang hari. Setidaknya ada lima siklus yang bakal dilalui orang yang suka berutang untuk mencapai titik insaf atau sadar. Tahapannya mirip dengan seseorang yang melalui siklus kesedihan.

1. Penolakan (denial)

Banyak orang berurusan dengan utang, mau berapa pun jumlahnya suka berpura-pura tidak punya utang. Ini adalah strategi koping yang salah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Orang yang suka berutang di tahap ini menghindari kenyataan bahwa dia berutang, juga menghindari tanda-tandanya. Dia tetap menjalani hidup apa adanya, menghindari ketakutan saat hari pelunasan tiba, dan lari dari kenyataan.

2. Kemarahan (angry)

Tidak heran orang yang suka berutang sering lebih galak ketika ditagih oleh orang yang mengutanginya. Ini normal sebab satu dari lima siklus yang harus dilalui.

Begitu kenyataan menghantam, penyangkalan alias denial tadi begitu cepat berganti kemarahan. Dalam hati sebenarnya orang yang berutang ini marah pada dirinya sendiri. "Mengapa saya tidak bisa mengatur keuangan dengan baik?" "mengapa saya berutang?" atau "mengapa saya tidak bisa melunasinya?"

Mau tak mau karena memang orang tersebut belum mampu melunasinya, dia membiarkan amarah menguasai diri dan akhirnya muncul ke permukaan. Faktanya dia tak bisa melunasi utangnya, ya sudah, marahnya berlanjut, bahkan orang yang mengutanginya kena 'semprot' juga.

3. Tawar menawar (bargaining)

Ini adalah tahap di mana orang yang suka berutang melakukan tawar menawar dengan dirinya. "Saya tak akan pernah berutang lagi," atau "saya tak akan pernah menggunakan kartu kredit lagi."

Rasa bersalah yang dirasakan pada tahap ini membuat orang itu percaya bahwa jika dia bersepakat dengan dirinya sendiri, maka kekuatan bangkit itu akan datang.

Orang tersebut akhirnya mendapatkan kembali kendali atas dirinya yang hilang. Sayangnya semangat tersebut masih sebatas mimpi yang tidak ada bayangan bagaimana cara bangun dari mimpi itu. Familiar dengan tahapan ini?

4. Depresi (depression)

Saat kekhawatiran memuncak, kesehatan mental kian terganggu. Semakin besar nilai utang, semakin cepat seseorang berada di titik depresi.

Jika orang yang berutang tadi cepat menguasai diri dan mencari solusi, dia tak akan berlama-lama di tahap depresi ini. Namun, jika orang tersebut tak kunjung mendapat pertolongan, dia akan terperosok semakin dalam. Dia semakin mudah menjadi mangsa dari pikiran-pikiran negatifnya.

5. Penerimaan (acceptance)

Setelah orang yang berutang tadi mau berdamai dengan diri dan berjanji akan berjuang memperbaiki situasi, di sinilah jalan keluar itu mulai muncul satu per satu. Orang tersebut sudah melalui tahap empat tahapan sebelumnya dan sampai di tahap terakhir, yaitu menerima.

Setelah menerima, orang tersebut bersiap memulai hidup baru, membuat perencanaan keuangan baru, dan mencari jalan keluar dengan berbagai cara untuk melunasi utangnya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Parenting dan lifestyle blogger yang senang menuangkan kisahnya di www.muthebogara.blog

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image