Lingkungan

Sialang dan Tualang : Kisah Cinta Dibalut Permadani Hutan Indonesia

Novel
Novel "Sialang dan Tualang" karya Mutia Ramadhani, S. Hut

JAKARTA -- Novel Sialang dan Tualang menyatukan kisah cinta dua anak manusia dalam permadani kehidupan. Buku karya penulis muda, Mutia Ramadhani ini mengambil latar belakang hutan Indonesia dari kacamata seorang birdwatcher sekaligus jurnalis ibu kota.

Awalnya, novel setebal 355 halaman ini berupa kumpulan cerita pendek penulis yang terinspirasi dari kesehariannya sebagai rimbawan sekaligus jurnalis ekonomi. Cassia, tokoh utama dalam buku dikisahkan sebagai rimbawan lulusan Fakultas Kehutanan IPB yang beralih menjadi wartawan ekonomi sebuah koran nasional berbahasa asing di Jakarta.

Cita-cita Cassia mula-mula menjadi ornitologis, yaitu peneliti yang mendalami dunia burung atau avifauna, sebuah profesi yang masih terdengar asing di telinga masyarakat. Kecintaan Cassia pada hewan bersayap ini membawanya berkeliling hutan Indonesia.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sepanjang perjalanan, satu sosok selalu setia menemani Cassia. Dia adalah Galang, teman kuliah sekaligus sahabatnya yang penuh rahasia. Mereka mempunyai cita-cita sama. Bedanya, Galang di kemudian hari berhasil mewujudkan mimpi, sementara Cassia tidak. Laki-laki asal Bogor itu bahkan memilih meninggalkan Cassia ke Makassar.

Selama tiga tahun berpisah, sosok lain mengisi hari-hari Cassia. Dia adalah Rangga, pria blasteran Jepang – Indonesia yang usianya lima tahun lebih tua. Rangga juga direktur muda sebuah lembaga yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan hidup.

“Cinta itu butuh waktu. Waktu untuk merasakan, waktu untuk melepaskan, dan waktu untuk menghidupkannya kembali. Beberapa orang hanya ditakdirkan untuk singgah, bukan menetap di hati selamanya. Beberapa orang ditakdirkan bertemu dan bersatu tanpa perlu banyak waktu,” salah satu kutipan cinta dalam novel ini.

Rangga membuat Cassia percaya cinta kedua kalinya. Bersama Rangga, Cassia seperti diajak kembali ke dunia lama yang dia cintai, tetapi dunianya kali ini lebih berwarna.

Konflik muncul ketika Cassia mengetahui masa lalu Galang dan Rangga dalam waktu yang hampir bersamaan. Rahasia besar terungkap yang membawa Cassia ke persimpangan. Hati mana yang harus dia pilih?

Bab pertama novel Sialang dan Tualang langsung membawa pembaca menelusuri pedalaman hutan Kalimantan, tepatnya Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Berikutnya, pembaca diajak merasakan basahnya ekosistem Gunung Salak, riuhnya habitat burung-burung air di Pulau Rambut, cadasnya karst Maros di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, lelahnya pendakian ke puncak Semeru, dan hangatnya cinta juga persahabatan di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

"Sialang dan Tualang bukan sekadar novel fiksi. Sebagian besar kisah terinspirasi dari perjalanan hati saya mengarungi kehidupan masa muda, tentang mimpi, tentang cita-cita, tentang harapan, dan tentang penguatan diri," ujar penulis yang gemar traveling tersebut.

Sialang dan Tualang/ Penulis: Mutia Ramadhani (@muthe_bogara)
Sialang dan Tualang/ Penulis: Mutia Ramadhani (@muthe_bogara)

· Judul Buku: Sialang dan Tualang

· Penulis: Mutia Ramadhani

· Editor: Gustidha Budiartie

· Penerbit: Dandelion Publisher

· ISBN: 978-623-373-401-1

· Cetakan Pertama: Februari 2023

· Ukuran Buku: 13 x 19 cm

· Jumlah Halaman: viii + 355

· Harga Buku: Rp 96.000

· Pemesanan: 0852-1406-7133

Banyak sub-plot cerita berbeda akhirnya terjalin dalam satu benang merah. Sialang dan Tualang ditulis sangat liris, emosional, dan penuh perasaan.

Pembaca berbagai kelas umur pasti senang menikmatinya. Pecinta satwa dan pegiat alam bebas juga mengapresiasi buku ini lantaran mengambil latar hutan dan alam yang hanya bisa ditulis oleh mereka yang pernah bersentuhan dengan itu semua.

“Buku ini kaya. Bagaimana penulis menyajikan berbagai peristiwa dan pergolakan hati seorang manusia dengan sangat apik. Plot twist-nya keren,” ujar Lina Kristina Dewi, rimbawan sekaligus ornitologis di Jawa Barat.

“Penulis lihai mengajak pembaca masuk ke hutan lewat aksara, melihat eksotisnya burung kacembang gadung, meninting cegar hingga seriwang asia. Perjalanan Cassia memberi pelajaran yang indah. Jika sesuatu memang ditakdirkan untuk kita, dia tidak akan pernah melewatkan kita,” kata Qommarria Rostanti, editor REPUBLIKA.

“Cerita yang menarik dengan karakter kuat. Cassia, Galang, Rangga, dan teman-temannya membuat kita mengikuti alur kisah sampai akhir. Narasi yang deskriptif menarik pembaca masuk ke dalam cerita. Keren!” puji Bagus Santosa, jurnalis Kompas.com, Jakarta.

“Cerita percintaan anak manusia yang berliku, tetapi dijalani dengan sederhana, dibalut harmoni alam dan asyiknya kegiatan birdwatching. Semua membuat buku ini asyik untuk dinikmati,” kata Widyanti Yuliandari, penulis buku sekaligus dosen Ilmu Lingkungan di UIN Raden Mas Sahid, Surakarta.

“Sebagai alumnus dari kampus yang dikisahkan dalam novel ini, paruh awal novel ini sungguh mampu membawa saya bernostalgia. Paruh berikutnya menyadarkan saya betapa berat tugas seorang jurnalis yang serius berpegang teguh pada etika jurnalistik,” ujar Resti Meilani, Dosen IPB, Bogor.

“Novel ini sukses mengapungkan nilai-nilai positif dalam kehidupan, entah itu dalam konteks persahabatan maupun percintaan. Selamat untuk penulis. Semoga bisa berlanjut dan diangkat menjadi sebuah film atau mini series,” sebut Muhammad Iqbal, Koordinator Liputan CNBC Indonesia, Jakarta.

Penasaran dengan bacaan satu ini? Kamu bisa kulik lebih dalam melalui Instagram penulis @muthe_bogara.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Parenting dan lifestyle blogger yang senang menuangkan kisahnya di www.muthebogara.blog