Rimbawan IPB Berbagi Kisah Studi di Luar Negeri Lewat Buku FORESTERIUM
BOGOR -- Rimbawan Menulis (Rimbalis), komunitas literasi beranggotakan mahasiswa dan lulusan kampus kehutanan IPB University kembali melahirkan antologi keempat tahun ini. Buku setebal 413 halaman tersebut bertajuk FORESTERIUM (Kumpulan Kisah Studi Rimbawan IPB di Luar Negeri), bekerja sama dengan penerbit IPB Press.
Founder Rimbalis, Mutia Ramadhani mengatakan buku ini mengisahkan pengalaman studi 30 penulis yang keseluruhannya adalah sarjana kehutanan jebolan IPB University. Mereka meneruskan jenjang studi master dan doktoral di sejumlah negara, mulai dari negara-negara Asia, Afrika, Australia, Eropa, hingga Amerika.
"Buku ini tidak semata berisi cerita sukses, tetapi juga lika-liku penulis menghadapi benturan, kecemasan, bahkan beban psikologis selama menempuh pendidikan di luar negeri. Cerita-cerita seperti ini menarik diikuti oleh mereka yang berniat melanjutkan pendidikan ke luar negeri," katanya, Jumat (31/3).
Studi di luar negeri, sebut Mutia kini menjadi lebih penting dari sebelumnya. Jumlah pelajar atau mahasiswa asal Indonesia yang memperoleh gelar pendidikan di luar negeri terus meningkat dari waktu ke waktu. Fenomena serupa juga dialami alumni IPB.
"Alumni Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB juga tidak ketinggalan meramaikan bursa kuliah di luar negeri. Mereka mengisi berbagai pilihan program studi tingkat dunia," sebutnya.
Blogger sekaligus mantan jurnalis ekonomi media nasional di Jakarta ini menambahkan, FORESTERIUM harapannya memberi gambaran lebih luas bagi mahasiswa dalam menetapkan pilihan program studi S2 dan S3 berikutnya. Buku ini juga memuat berbagai peluang beasiswa yang tersedia di berbagai negara, tak ketinggalan tips dan trik bertahan hidup ala mahasiswa internasional.
FORESTERIUM mendapat apresiasi dari banyak pihak. Duta Besar RI untuk Republik Austria, Slovenia, PBB, dan Organisasi Internasional di Wina, Damos Dumoli Agusman mengatakan kisah perjuangan dan motivasi sekolah di luar negeri seperti ini perlu terus diceritakan dari generasi ke generasi. Sebagai mantan mahasiswa internasional lulusan Inggris dan Jerman, Damos serasa bernostalgia ketika membaca lembar demi lembar buku ini.
"Begitu dekat dapat saya rasakan cerita senang maupun susahnya menjalani pendidikan di luar negeri dari 30 penulis," sebutnya.
Wakil Rektor IPB University, Iskandar Z Siregar mengatakan FORESTERIUM sangat menarik untuk dibaca terutama mereka yang berminat dengan pengalaman studi bidang kehutanan dan lingkungan di luar negeri.
"Pengalaman internasional bagaimana pun salah satu jalur pembelajaran (learning pathway) penting dalam memapankan karier seseorang ke depan," ujarnya.
FORESTERIUM tidak hanya diramaikan oleh 30 rimbawan muda. Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB, Profesor Dodik Ridho Nurrochmat didapuk sebagai special author di buku ini. Beliau turut menyumbang tulisan pada bagian Inspirational Stories.
Dodik menuntaskan S2 bidang Ekonomi Kehutanan di Universitas Goettingen, Jerman. Beliau melanjutkan S3 dengan beasiswa S3 DAAD di kampus sama.
"Buku ini membuktikan bahwa lulusan Fakultas Kehutanan IPB sangat kompetitif dan kualitasnya teruji," sebutnya.
Koordinator Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Dunia, Achyar Al Rasyid mengatakan FORESTERIUM dapat menginspirasi anak bangsa.
"Berkuliah di luar negeri adalah karunia Tuhan yang patut disyukuri di tengah jutaan anak yang bersekolah saja sulit," ujarnya.
Salah satu wujud syukur para penulis adalah dengan bersedekah cerita dan motivasi. FORESTERIUM berbagi informasi beasiswa, cerita haru, perjuangan, dan energi semangat para mahasiswa internasional asal Indonesia.
"Mereka membawa pesan kepada seluruh anak negeri bahwa semua pasti bisa," tambahnya.
Dosen Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Profesor Lilik Budi Prasetyo mengatakan salah satu pelajaran dapat dipetik dari buku ini bahwa tidak ada hasil yang terjadi secara instan.
"Butuh perjuangan dan jalan berliku untuk mencapainya. Buahnya terasa lebih indah dan membahagiakan karena penuh pengorbanan yang tak sia-sia," katanya.
Ahli kehutanan yang mengenyam pendidikan master dan doktoral di University of Tsukuba, Jepang medio 1990-1996 ini kadang tersenyum dan ikut sedih terbawa alur cerita dalam buku. Perasaan hatinya seperti terbawa kembali pada kenangan lama saat mencari beasiswa dan menuntut ilmu di Negeri Sakura.
Dekan Sekolah Vokasi IPB, Arief Daryanto mengatakan penulis berhasil menyelesaikan studi pascasarjana dengan menerapkan beragam strategi adaptasi yang khas. Banyak benang merah dapat ditarik dari buku ini.
"Sebuah mimpi tidak menjadi kenyataan melalui sihir. Butuh keringat, tekad, dan kerja keras," ujarnya mengutip pernyataan mantan Menteri Pertahanan AS, Colin Powell.
Tiga puluh penulis menceritakan 30 kisah berbeda. Kandidat doktor BOKU University Austria, Lukmanul Hakim Zaini misalnya, mengangkat peranan PPI sebagai jembatan penghubung mahasiswa Indonesia di luar negeri. Mahasiswa doktoral Kyoto University, Ratih Solichia Maharani berkisah tentang perjuangannya membagi peran sebagai pelajar, istri, sekaligus ibu empat anak di perantauan.
Master lulusan Jagiellonian University Polandia, Bagas Adji Prabowo mulanya tak menyangka bisa berkuliah dan bekerja sebagai sustainability analyst di Eropa. Mula-mula, pria asal Banyumas ini terinspirasi dari sosok Almarhum BJ Habibie dan bertekad mengikuti jejak Presiden RI ke-3 ke Eropa.
IPB University baru-baru ini dinobatkan sebagai Top 10 Universitas Asia Bidang Pertanian dan Kehutanan. Pemeringkatan tersebut mengacu pada hasil penilaian QS World University Rankings.
Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University bersanding dengan sederet kampus unggulan Asia, seperti China Agricultural University, The University of Tokyo, Seoul National University, dan lainnya.