Perhatikan Lima Hal Berikut agar Anak Autisi Tertidur Lelap

Parenting  
Anak autisi membutuhkan tidur berkualitas untuk perkembangan kognitif
Anak autisi membutuhkan tidur berkualitas untuk perkembangan kognitif

Semua anak butuh tidur, tetapi tantangan mendapatkan tidur cukup bagi anak berkebutuhan khusus dengan gejala autism spectrum disorder (ASD) faktanya cukup sulit.

Jangankan anak autisi, kita saja yang normal ketika tidak cukup tidur bisa menyebabkan perilaku bermasalah, seperti uring-uringan, susah fokus, dan kelelahan. Sekitar 1,5 tahun lalu saya merasakan bagaimana sulitnya putra saya yang autisi mendapatkan tidur cukup.

Dia kerap terbangun di malam hari, mungkin 3-5 kali. Setelah bangun dia menangis, kadang berteriak, kadang tidak bersuara, tetapi tiba-tiba tertawa terbahak-bahak dengan sendirinya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sebelum kita membahas lima faktor yang memengaruhi kualitas tidur anak autisi, ada baiknya kita mengetahui beberapa informasi berikut.

Pertama, berbagai penelitian menunjukkan anak-anak autisi yang menjalani rutinitas teratur sebelum tidur menunjukkan perkembangan bahasa lebih tinggi. Regulasi emosi dan komunikasi sosialnya lebih positif, menyusul kognitifnya.

Kedua, anak-anak yang menghabiskan waktu bersama orang tua sebelum tidur cenderung lebih bahagia. Mereka juga tidur lebih nyenyak.

Ketiga, orang dewasa dan anak-anak sama-sama membutuhkan waktu tenang atau dekompresi di malam hari. Keempat, rutinitas sebelum tidur meningkatkan kemungkinan anak autisi mempertahankan kebiasaan sama hingga dewasa.

Faktor Penentu Kualitas Tidur Anak Autisi

Setelah kita benar-benar yakin pentingnya rutinitas sebelum tidur di malam hari, maka bangun kebiasaan itu bersama anak autisi kita. Setiap keluarga memunyai ritme berbeda.

Rutinitas sebelum tidur sebaiknya singkat dan manis, berkisar 30-40 menit. Setidaknya lima faktor berikut menentukan kualitas tidur anak autisi.

1. Nutrisi

Anak autisi perlu menjalani diet komprehensif untuk perbaikan perilaku. Sebelum tidur anak kadang menginginkan kudapan sehat. Berikan dalam porsi kecil, bervariasi, dan tentunya dibikin sendiri, bukan buatan pabrik yang mengandung pengawet, perasa, dan pemanis buatan.

Perhatikan juga jumlah cairan yang dikonsumsi anak spesial kita satu jam sebelum tidur. Ini untuk mengurangi kemungkinan mereka terbangun di malam hari. Anak kecil berusia tiga tahun ke atas minimal mengonsumsi 1,5 liter cairan per hari.

2. Kebersihan

Biasakan anak buang air sebelum tidur dan menyikat gigi sebelum tidur. Jadikan dua aktivitas ini sebagai rutinitas yang harapannya mereka pertahankan sampai dewasa.

Luangkan waktu untuk memastikan anak kita sudah menyikat gigi dengan benar. Apabila anak autisi sakit gigi, sementara mereka tidak pernah dibiasakan mengunjungi dokter gigi, maka ini jelas mempersulit orang tua. Oleh sebabnya lakukan tindakan preventif menjaga kebersihan gigi anak autisi sedini mungkin.

3. Komunikasi

Anak autisi harus cukup rileks saat tidur. Kita bisa membacakan anak istimewa kita lantunan ayat suci Al-Quran, sebagaimana Rashif yang terbiasa mendengarkan saya mengaji QS Ar-Rahman sebelum tidur. Kita juga bisa membacakan anak cerita atau bersenandung untuk mereka.

Penelitian menunjukkan membacakan Al-Quran atau buku cerita bisa meningkatkan perkembangan bahasa dan kognitif anak autisi. Ini juga kesempatan kita mendapatkan semua perhatian anak setelah seharian mereka menjalani terapi.

4. Sentuhan sayang

Selain membacakan kitab suci atau buku cerita, ada baiknya kita memberikan anak sentuhan sayang dari kedua orang tuanya. Kita bisa memeluk, memijat, mengayun, atau menggendong anak untuk membangun interaksi positif.

Berikan sentuhan lembut, ciuman kasih sayang, dan doa dalam hati untuk kesembuhan anak spesial kita. Tiada yang berkuasa atas kesembuhan mereka kecuali Allah SWT.

5. Matikan lampu

Anak autisi perlu dibiasakan tidur dalam suasana gelap atau remang-remang. Ini mendukung perkembangan otak mereka selama fase istirahat.

Begitu mereka terlelap, tinggalkan anak tidur sendirian di kamarnya. Anak autisi yang dibiarkan tidur terus menerus bersama orang tua bisa menciptakan ketergantungan yang sulit dilepaskan saat dewasa.

Tentunya kita tak ingin kelak ketika anak kita sudah besar masih memaksa tidur bersama ayah ibunya. Tidur sendiri memberi anak autisi kepercayaan diri untuk mengetahui bahwa mereka bisa melakukan banyak hal secara mandiri.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Parenting dan lifestyle blogger yang senang menuangkan kisahnya di www.muthebogara.blog

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image