Lima Makanan yang Memperburuk Kondisi Anak dengan Gejala Autisme
Autisme atau autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan neurobiologis yang disebabkan faktor keturunan (genetik), dan diperburuk faktor lingkungan. Satu dari 54 anak di Amerika Serikat didiagnosis autis.
Kondisi kesehatan anak dikaitkan dengan serangkaian masalah, seperti keterampilan sosial abnormal, keterlambatan perkembangan, masalah komunikasi, dan masalah perilaku.
Autisme bukan penyakit otak atau kasarnya anak kita dibilang orang gila. TIDAK. Ada 8-10 faktor yang memengaruhi fungsi otak anak kita menjadi abnormal.
Amin Clinics dan University of Southern California, Amerika Serikat pernah melakukan penelitian otak anak autisi dengan pemindaian single photon emission computed tomography (SPECT). Mereka mengevaluasi aliran darah dan pola aktivitas otak pada 928 anak autisi dengan rentang usia 13-67 tahun.
Hasilnya otak anak autisi seringkali hiperaktif karena mengalami inflamasi atau peradangan. Penyebab inflamasi ini disebabkan racun dan cedera pada otak anak.
Kesimpulan yang bisa kita petik dari penelitian tersebut adalah singkirkan apa pun yang bisa meracuni dan mencederai otak anak kita, salah satunya makanan.
Lima Makanan yang Perlu Dihindari Anak Autisi
Kita tentu sepakat manusia hakikatnya memunyai dua otak, yaitu di kepala dan di perut. You are what you eat. Makanan yang kita makan bisa menjadi obat atau sebaliknya menjadi racun.
Makanan bisa membantu otak dan tubuh anak kita, atau bisa menyakitinya. Berikut adalah lima kelompok makanan utama yang harus dihindari oleh anak dengan gangguan autisme karena bisa memperburuk kesehatan dan perilaku mereka secara bersamaan.
1. Susu
Ketika kasein, salah satu protein dalam susu bercampur dengan asam lambung, dia akan menghasilkan sesuatu yang disebut eksorfin.
Eksorfin mengikat reseptor opioid di otak anak dengan gangguan autisme, kemudian menimbulkan segudang masalah yang disebut kabut otak. Anak menjadi tidak fokus, susah berkonsentrasi, mati rasa terhadap rasa sakit, dan ingin terus bergerak atau hiperaktif.
Susu, apa pun bentuknya, mau susu sapi, susu kambing, susu domba, bahkan yang sudah dilabeli gluten-free adalah makanan pertama yang paling mudah menimbulkan inflamasi pada tubuh anak autisi. Jadi, susu adalah musuh pertama yang harus disingkirkan orang tua dengan anak spesial.
Berdasarkan pengalaman saya, juga ibu-ibu lain yang saya kenal dan memiliki anak dengan gejala autisme, begitu mereka menghilangkan susu dan produk turunannya dari menu makanan anak, anak mulai berbicara lebih banyak, hiperaktif berkurang, dan masalah peradangan pada usus teratasi lebih cepat.
2. Gluten
Penelitian menunjukkan gluten, protein yang terdapat dalam terigu, tapioka, dan gandum bisa meningkatkan peradangan sistematik saat dikonsumsi anak dengan gangguan autisme. Gluten mengurangi jumlah bakteri baik dalam sistem pencernaan anak autisi yang dikaitkan dengan peningkatan rasa cemas, stres, depresi, dan tantrum.
Gluten secara negatif memengaruhi fungsi otak kecil anak autisi. Otak kecil ini berkaitan dengan koordinasi motorik yang sangat penting bagi anak untuk memproses informasi dan instruksi yang kompleks.
Jadi, tak perlu heran melihat anak autisi yang masih aktif mengonsumsi gluten tidak bisa diperintah, tidak bisa mendengarkan instruksi, dan tidak mau menoleh ketika dipanggil namanya.
Penelitian Amin Clinic menunjukkan anak dengan gejala autisme mengalami penurunan fungsi otak kecil. Konsumsi tepung-tepungan yang mengandung gluten akan memperburuk kondisinya. Jadi, hilangkan gluten dari menu makanan anak segera.
3. Jagung
Jagung salah satu tanaman yang paling banyak menggunakan pestisida di berbagai negara dunia, tak terkecuali Indonesia. Sejumlah penelitian di luar negeri, salah satunya yang diterbitkan dalam Jurnal Entropy menunjukkan hubungan potensial antara paparan herbisida glisofat dengan risiko autisme.
Jagung juga memiliki profil asam lemak paling tidak sehat bagi anak autisi. Asam lemak omega-6 pada jagung terlampau tinggi dan memicu inflamasi dibanding asam lemak omega-3 yang bersifat antiinflamasi.
Jagung merupakan tempat nyaman bagi perkembangbiakan jamur. Penelitian di luar negeri mengidentifikasi setidaknya ada 46 isolat jamur yang berasal dari biji jagung.
4. Gula
Gula tidak hanya memicu inflamasi, tetapi juga meningkatkan aktivitas otak anak autisi yang pada dasarnya sudah sangat aktif. Singkatnya gula membuat anak spesial kita ketagihan.
Tubuh anak autisi juga tidak bagus mencerna gula. Metabolismenya buruk karena anak kita tidak memiliki beberapa enzim dan trasnporter untuk mencerna gula. Akhirnya gula dalam tubuh anak autisi tak ubahnya seperti pupuk yang menyuburkan pertumbuhan jamur di usus mereka.
Ketika kita mengeliminasi gula dalam bentuk apa pun dalam diet komprehensif anak autisi kita, itu secara dramatis meningkatkan fokus dan perilaku impulsif mereka, termasuk melukai diri, seperti membenturkan kepala, menggigiti anggota tubuh, atau menjambaki rambut sendiri. Eliminasi gula tentu saja meningkatkan peluang kesembuhan anak dengan gejala autisme.
5. Bahan kimia
Sebuh studi 2019 menunjukkan lonjakan perilaku autisme mungkin terkait dengan zat pengawet yang sering dijumpai pada makanan olahan. Penelitian lain menunjukkan hubungan antara gejala autisme dengan zat tambahan kimia dalam makanan.
Inilah alasan kenapa makanan anak autisi tidak bisa buatan pabrik. Orang tua sendiri yang menyusun menu dan membuatkan makanan untuk anak spesialnya.
Hindari semua zat aditif, pengawet, pewarna buatan, perasa buatan, pemanis buatan, dan sebagainya. Walau bagi kita rasanya tidak enak, tetapi ini paling sehat untuk anak kita. Makanya saya tidak merekomendasikan makanan buatan pabrik apa pun untuk diberikan kepada anak kita yang autis.
Kalau kita mencintai anak kita, perhatikan makanan yang mereka konsumsi. Jika tidak percaya, tidak ada salahnya kita mencoba minimal satu bulan menghindari kelima kelompok makanan pantangan di atas. Seandainya perilaku anak kita membaik, lanjutkan dan singkirkan makanan-makanan tersebut secara permanen.