Menakuti Anak dengan Filter Instagram? Gak Lucu!

Parenting  

Tren menggunakan filter Instagram dan TikTok sekarang makin ramai. Banyak balita ketakutan saat melihat wajahnya di ponsel dijalari seekor kecoa, atau melihat wajah ibu dan ayahnya berubah menjadi kuda.

Orang tua merekam aksi anak-anak mereka untuk mengamati transformasi wajah secara real time di layar ponsel, kemudian mengunggah video tersebut untuk mendapatkan tanda suka atau hati di akun sosial medianya. Tak jarang respons anak-anak yang masih kecil itu ekstrem, seperti menjerit atau menangis ketakutan, sementara orang tuanya puas tertawa menikmati reaksi anak kesayangannya.

Filter Instagram seperti ini adalah hiburan aneh dan tidak lucu sama sekali. Kata yang tepat untuk menggambarkan reaksi anak yang masih polos itu bukanlah lucu, melainkan trauma.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pikiran balita tidak siap untuk gambaran seperti itu. Ketakutan yang mereka tunjukkan hanya untuk momen sekejap di akun TikTok dan Instagram orang tuanya bisa memicu efek berbeda di otak anak yang sedang berkembang.

Profesor Psikologi di Universitas Toledo, Kamala London mengatakan anak membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa memahami representasi sebuah video, termasuk filter Intagram dan TikTok. Menariknya, otak anak aslinya membutuhkan waktu lama untuk memahami bahwa gambar dan video digital itu tidak nyata, tetapi secara kemampuan belajar mereka bisa lebih cepat menggunakan simbol dan artifak simbolik.

Inilah kenapa tangan anak bayi sekali pun bisa lincah menari di keyboard ponsel orang tuanya. Mereka bisa, tetapi otaknya belum paham.

Otak manusia cenderung menyimpan pengalaman menakutkan dalam waktu lama. Adik laki-laki saya misalnya, pada usia lima tahun pernah diajak ayah menyaksikan proses pemotongan sapi untuk kurban.

Sayangnya adik saya terlanjur melihat langsung prosesnya dari awal sampai akhir. Akibatnya apa? Sampai sekarang berusia 34 tahun, adik saya tidak pernah mau makan daging sapi. Dia ketakutan karena pada umur yang masih sangat kecil melihat leher sapi dipotong hingga dagingnya dikuliti.

Menurut London, menakuti anak kecil dengan filter Instagram dan media sosial lainnya memang belum tentu menyebabkan ketakutan jangka panjang. Hanya saja respons anak yang histeris cukup berpotensi ke arah sana.

"Memberikan layar ponsel pada balita dan membiarkan mereka ketakutan dengan video atau filter yang menakutkan, itu merupakan bentuk pelanggaran kita sebagai orang tua terhadap balita yang memercayakan keselamatannya kepada orang tuanya," ujar London, dilansir dari Fatherly.

Tidak ada alasan membenarkan perilaku tersebut. Perubahan mengejutkan yang menakutkan melibatkan batang otak anak yang memicu respons melawan, lari, atau mematung. Orang dewasa mungkin menikmati adrenalin seperti ini, tetapi jangan memaksakan hal sama pada anak kita hanya dengan tujuan iseng.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Parenting dan lifestyle blogger yang senang menuangkan kisahnya di www.muthebogara.blog

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image