Lingkungan

Badak Jawa Riwayatmu Kini

Badak Jawa kembali terancam perburuan liar
Badak Jawa kembali terancam perburuan liar

Hingga ± 150 tahun yang lalu, Badak Jawa masih tersebar luas di Asia Tenggara dan Selatan, meskipun di beberapa areal jumlahnya sedikit (Amman, 1985).

Di daerah bagian, Badak Jawa terdapat di Assam, Buthan, Sunderbans dan kemungkinan Cina Tenggara. Ke arah Timur, Badak Jawa dilaporkan terdapat di Tenasserim (Burma), Thailand bagian Selatan, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia, Sumatera, Jawa Tengah dan Jawa Barat (Loch, 1937; Sody, 1959; Groves, 1967; Rookmaker, 1980)

Badak Jawa termasuk dalam salah satu jenis satwa langka yang dilindungi undang-undang di Indonesia.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di samping itu, Badak Jawa juga termasuk dalam daftar Red Data Book yang dikeluarkan oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) tahun 1978 dan termasuk ke dalam Appendix I, yang berarti mendapat prioritas utama untuk diselamatkan dari ancaman kepunahan.

Saat ini Badak Jawa hanya ada di Taman nasional Ujung Kulon. Padahal, dahulu badak itu tersebar di-mana-mana tetapi karena banyak diburu untuk diambil culanya maka terjadi perubahan perilaku menjadi satwa yang lebih suka bersembunyi.

Badak Jawa yang saat ini jumlahnya sangat terbatas ternyata akhir-akhir meningkat lagi perburuannya di alam.

Ditemukannya pemburu bersenjata dan juga kerangka badak yang diperkirakan mati karena ditembak menjadikan Badak Jawa masih tetap menjadi sasaran perburuan baik diambil culanya maupun bagian-bagian lain dari tubuhnya.

Prihatin itu bagi yang masih ada kepedulian terhadap satwa liar, yang sebenarnya jadi kebanggaan kita karena hanya dan satu-satunya tempat Badak Jawa di dunia, yaitu Ujung Kulon.

Rencana untuk pengelolaan badak dengan persiapan Javan Rhyno Sanctuary and Concervation Area (JRSCA) lebih intensif dilakukan.

Kita juga memerlukan dukungan dari berbagai pihak, utamanya dari pemerintah pusat dalam bentuk regulasi demi mempercepat terealisasinya pemindahan badak dari habitat aslinya ke JRSCA.

Demikian juga dukungan untuk pengamanan yang lebih intensif serta pelaksanaan kegiatan untuk pengembangan badak, yaitu prasarana yang sesuai dan periode waktu yang bukan sebentar.

Hal ini mengingat Badak Jawa selama ini masih berkembang biak di alam bebas dan belum ada campur tangan manusia.

Para peneliti muda diharapkan mau secara intensif terjun meneliti secara time series, bukan hanya sesaat tentang perkembangan Badak Jawa di alam dan juga di JRSCA.

Semua ini memastikan peluang keberhasilan pengelolaan dan pengembangan Badak Jawa betul-betul dapat dilakukan secara intensif dengan tentu saja dibawah koordinasi Taman Nasional Ujung Kulon sebagai leader dan penanggung jawab utamanya.

***Penulis adalah E.K.S.Harini Muntasib, peneliti badak, guru besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Parenting dan lifestyle blogger yang senang menuangkan kisahnya di www.muthebogara.blog