Empat Jenis Burung Parasit Ini tidak Cocok Jadi Orang Tua Teladan
Suatu hari di tengah hutan, seekor kedasi hitam betina menemukan sarang yang dibangun burung jenis lain. Sebut saja itu sarang burung cinenen
Kedasi betina itu menyelinap ke sarang burung tersebut, bertelur, kemudian terbang menjauh. Cinenen tanpa sadar mengerami telur burung lain bersama telur-telurnya sendiri.
Belakangan kondisi semakin memburuk. Telur kedasi hitam menetas lebih dahulu sebelum telur burung cinenen. Kedasi kecil itu licik seperti ibunya. Dia menginginkan semua makanan dari induk cinenen hanya untuk dirinya sendiri.
Saat inangnya pergi, kedasi kecil itu mendorong telur-telur cinenen yang belum menetas hingga jatuh ke lantai hutan.
Derita induk cinenen masih belum berakhir. Mau tidak mau dia harus memberi makan kedasi kecil yang telah membunuh anak kandungnya sendiri.
Empat Jenis Burung Parasit
Burung kedasi atau wiwik adalah contoh burung parasit yang licik. Hewan bersayap ini menipu hewan lain untuk menjadi inang yang membesarkan anaknya. Perilaku satwa ini disebut brood parasitism atau parisitisme anakan dan sarang.
Kebanyakan burung parasit berasal dari keluarga atau famili Cuculidae. Mereka semua tidak layak dijadikan contoh orang tua teladan. Pasalnya mereka tidak mau mengurus anaknya sendiri.
Berikut adalah empat jenis burung parasit di Indonesia.
1. Kedasi hitam (Surniculus lugubris)
Jenis burung ini berasal dari genus Surniculus. Burung ini tersebar di hutan hingga ketinggian 900 meter di atas permukaan air laut (m dpl).
Kedasi hitam memakan ulat, laba-laba, kumbang, serangga, dan buah-buahan. Tubuhnya berukuran sedang, sekitar 23 centimeter (cm).
Seluruh bulunya berwarna hitam metalik atau mengilap. Pahanya putih, penutup ekornya juga putih.
Kedasi hitam berkembang biak sekitar Juli, September, November hingga Maret. Sepanjang bulan itu dia aktif bertelur di sarang burung lain.
2. Wiwik uncuing (Cacomantis sepulcralis)
Tidak seperti kedasi hitam, Wiwik uncuing tergolong burung bertubuh sedang hingga kecil. Kepalanya abu-abu, sedangkan punggung, sayap, dan ekornya coklat keabuan. Tubuh bagian bawahnya berwarna merah karat.
Burung ini termasuk ke dalam ordo Cuculiformes dan genus Cacomantis. Suaranya mendayu-dayu dengan nada panjang, kadang volumenya rendah, kadang tinggi.
3. Wiwik lurik (Cacomantis sonneratii)
Nama ilmiah wiwik lurik diambil dari seorang penjelajah Prancis bernama Pierre Sonnerat. Wiwik lurik paling suka habitat perbukitan.
Sebagian besar tubuhnya berwarna coklat tua dan agak krem keputihan dengan garis-garis coklat di bagian bawah. Paruhnya panjang dan sedikit melengkung untuk menangkap serangga, terutama ulat dan belalang.
4. Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus)
Wiwik kelabu sering dijumpai di habitat pedesaan. Sering kali dia disamakan dengan kedasi, meski secara fisik berbeda.
Mungkin karena kedasi hitam dan wiwik kelabu sama-sama diceritakan dalam mitos sebagai burung pembawa kabar kematian.
Ukuran tubuhnya lebih kecil dari kedasi hitam dan wiwik uncuing, sekitar 21 cm. Burung dewasa berwarna kelabu di bagian kepala, leher, dan dada atas.
Punggungnya merah kecoklatan dan perutnya kuning jingga. Bawang ekornya berwarna putih dengan ujung-ujung bulu kehitaman.
Mudah sekali membedakan telur wiwik kelabu ketika si induk menumpangkannya di sarang burung lain. Selain ukurannya lebih besar, telur wiwik kelabu berwarna kebiruan dan berbintik keputihan.
Begitu banyak jenis burung di dunia, tetapi tidak ada yang secerdas sekaligus sekejam kedasi dan wiwik. Mereka hidup dengan mengelabui burung lain. Jangan dicontoh ya!