Lima Masalah Lingkungan Terbesar di Indonesia
Lingkungan kita terus berubah dan tidak ada yang menyangkal fakta tersebut. Masalah lingkungan terus bermunculan, begitu pula kita yang semakin sadar untuk menyelesaikannya.
Perubahan iklim dan pemanasan global menjadi realita tak terbantahkan. Bumi semakin memanas dan suka tidak suka manusia adalah bagian dari masalahnya.
Masalah Lingkungan di Indonesia
Orang-orang di seluruh dunia menghadapi banyak masalah lingkungan baru. Beberapa di antaranya hanya masalah kecil yang memengaruhi sebagian ekosistem. Namun, ada juga masalah lingkungan yang secara drastis mengubah lansekap keseluruhan, tak terkecuali kita di Indonesia.
Berikut adalah lima masalah lingkungan terbesar di Indonesia yang kita hadapi saat ini.
1. Polusi udara
Kita ambil contoh Jakarta. Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mendata sepanjang 2012-2020 secara umum kondisi pencemaran udara di ibu kota berstatus sedang dan tidak sehat. Pada tahun-tahun tertentu, kondisi pencemaran udara di Jakarta sangat tidak sehat.
Sumber utama pencemaran udara di Jakarta berasal dari sektor transportasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat polusi udara setiap tahunnya menyebabkan tujuh juta kematian dini.
Kementerian Kesehatan menyebutkan Indonesia menempati peringkat 18 dari 220 negara dalam Indeks Kualitas Udara (AQI). Selain sektor transportasi, polusi udara di Indonesia disebabkan emisi industri, polusi udara dalam ruangan, kebakaran hutan, penggunaan pestisida di sektor pertanian, penggunaan produk-produk kimia dan sintetis, pembakaran sampah, dan pertambangan.
2. Deforestasi
Memang benar, sepanjang 2019-2020 Indonesia berhasil menurunkan angka deforestasi 75,03 persen atau 115,46 ribu hektare (ha). Angka ini jauh berkurang dibanding deforestasi 2018-2019 sebesar 462,46 ribu ha, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Hal yang tidak boleh kita lupakan adalah tren tersebut masih bersifat fluktuatif. Kenaikan masih mungkin terjadi jika berbagai pihak tidak berpegang teguh pada komitmen bersama menurunkan laju deforestasi dari waktu ke waktu.
Secara total sepanjang enam tahun terakhir Indonesia telah kehilangan 2,1 juta ha hutan. Deforestasi sendiri bisa diartikan aktivitas penebangan hutan.
Data KLHK menunjukkan deforestasi periode 2017-2018 mencapai 439,4 ribu ha, kemudian 2016-2017 mencapai 480 ribu ha. Sepanjang 2015-2016 Indonesia mencatat angka deforestasi tertinggi dalam enam tahun terakhir, yaitu 629,2 ribu ha.
Global Forest Watch menyatakan Indonesia masih masuk ke dalam daftar 10 negara dengan laju deforestasi terbesar di dunia. Indonesia menempati urutan keempat setelah Bolivia. Posisi pertama masih ditempati Brasil.
3. Kepunahan spesies
Indonesia salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Namun, ancaman kepunahan spesies di negara ini juga tergolong tinggi.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat 437 spesies tumbuhan terancam punah (endangered), bahkan mencapai lebih dari 600 spesies jika digabung dengan kategori hampir terancam punah (near threatened).
Status tersebut mengacu pada ketetapan International Union for Conservation of Nature (IUCN). Sejumlah satwa di Indonesia yang terancam punah, antara lain orangutan, komodo, harimau sumatra, badak jawa, dan gajah sumatra.
Spesies laut kita juga banyak yang terancam punah. Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut 2015-2019 mencatat sejumlah spesies laut terancam punah, di antaranya ikan arwana super red dan arwana irian, pari manta dan pari gergaji, hiu paus dan hiu martil, paus biru dan paus bongkok, dugong, semua spesies penyu, kima, karang hias, dan bambu laut.
4. Degradasi tanah
Degradasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan, baik bersifat sementara atau tetap. Lahan terdegradasi artinya lahan tidak produktif, lahan kritis, atau lahan tidur yang dibiarkan terlantar, tidak digarap, dan umumnya ditumbuhi semak belukar.
KLHK mencatat Indonesia memiliki 14 juta ha lahan kritis akibat degradasi lahan. Lahan tersebut kurang efektif ditanami karena berbagai faktor, mulai dari berkurangnya lahan basah di sekitarnya, perluasan lahan pertanian subsisten, dan perluasan lahan industri yang tidak ramah lingkungan.
Sebanyak 1,8 juta ha dari 3,4 juta ha lahan mangrove Indonesia berada dalam kondisi kritis. Padahal kemampuan rehabilitasi lahan mangrove hanya 1.000 ha per tahun.
Tak heran degradasi lahan yang begitu luas memicu Indonesia mengalami kemarau panjang atau kekeringan, minimnya tingkat penyerapan air tanah, dan kekurangan sumber daya air bersih.
5. Overpopulasi
Indonesia semakin padat penduduk. Kementerian Dalam Negeri mencatat jumlah penduduk Indonesia pada semester kedua 2020 mencapai 271,349 juta jiwa atau naik 2,7 juta jiwa dalam kurun waktu enam bulan.
Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia, mencapai 47,1 juta jiwa. Posisi kedua adalah Jawa Timur dengan 41,04 juta jiwa, disusul Jawa Tengah 37,1 juta jiwa, Sumatra Utara 15,14 juta jiwa, dan Banten 11,64 juta jiwa. Jawa merupakan pulau terpadat, disusul Sumatra dan Sulawesi.
Masalah lingkungan yang kian parah bisa diakibatkan masalah kependudukan. Salah satu contohnya, sampah rumah tangga dan krisis air bersih.
Semua orang butuh air untuk minum. Peningkatan jumlah penduduk memicu penurunan mutu air akibat limbah yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari.
Di sisi lain masyarakat kita belum sepenuhnya teredukasi dengan baik tentang kesadaran melestarikan lingkungan. Ini menyebabkan terjadi ketidakseimbangan antara sumber daya alam dengan kebutuhan manusia.