Dari Mana Datangnya Cinta? Ternyata Bisa Dijelaskan Secara Biologis.
Dokter Krishna G Seshadri dalam penelitiannya berjudul The Neuroendocrinology of Love bisa menjelaskan dari mana datangnya cinta di lihat dari reaksi biologis manusia. Makalah ilmiahnya ini menarik perhatian saya karena telah dipublikasikan dalam Indian Journal of Endocrinology and Metabolism.
Dokter Seshadri menyimpulkan bahwa cinta muncul dari campuran neuropeptida dan neurotransmitter. Ini berarti cinta bukanlah emosi, melainkan hasil interaksi hormonal yang rumit yang tujuannya membuat manusia merasa terikat satu sama lain.
Menurut Seshadri, cinta adalah sifat adaptif mamalia, termasuk manusia yang dimaksudkan untuk memudahkan mereka membesarkan anak. Pada dasarnya otak dan tubuh manusia telah mengembangkan jalur kimia, sehingga kita tetap terikat satu ama lain untuk memastikan kelangsungan spesies.
Anehnya, dr Seshadri mengatakan cinta tampaknya berawal dari stres. Pada tahap awal jatuh cinta, tubuh pria atau wanita dibanjiri hormon kortisol dan norepinefrin.
Kortisol sebagai hormon stres menyebabkan manusia menjadi lebih waspada, sehingga membantunya mengatasi ketakutan akan munculnya hubungan baru. Norepinefrin juga meningkatkan kewaspadaan, energi, hingga gejala mabuk cinta, seperti kehilangan nafsu makan, sulit tidur, jantung berdebar kencang, dan berkeringan.
Aktor berikutnya yang berperan dalam cinta adalah oksitoksin. Ini adalah hormon kebahagiaan yang membuat manusia merasa ingin dekat dan terikat.
Reaksi oksitoksin ini, antara lain suhu tubuh meningkat, rasa cemas dan depresi mulai hilang, meningkatkan emosi protektif dan menyebabkan kantuk.
Setelah tubuh dibanjiri oksitoksin, reaksi sentuhan atau kontak fisik akan melepaskan hormon lebih banyak. Pada ibu, misalnya aat menyusui bayinya, kontak kulit ke kulit menghasilkan oksitoksin tinggi.