Parenting

Bahaya Orang Tua yang Sering Berteriak pada Anak

Berteriak bisa mengubah otak anak
Berteriak bisa mengubah otak anak

Ketika si kecil berperilaku buruk, berteriak adalah respons alaminya. Masalahnya ketika orang tua merespons dengan berteriak juga atau meneriaki anak sebagai bentuk balasan, atau langkah pendisiplinan, justru membuat anak stres.

Efek psikologis membentak anak itu nyata, baik pada usia balita, sekolah dasar, hingga sekolah menengah. Para ahli menyebut efeknya sangat tidak bagus.

Orang tua harus belajar bagaimana berhenti meneriaki anak dan menggunakan metode komunikasi lebih efektif. Psikolog sekaligus founder Aha! Parenting yang menulis buku Peaceful Parent, Happy Kids: How to Stop Yelling and Start Connecting, dr Laura Markham mengatakan orang tua harus menghapus berteriak sebagai teknik pengasuhan anak. Kita harus berhenti meneriaki anak tak peduli seberapa frustasinya kita saat menghadapinya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Efek psikologis berteriak pada anak

Dokter Markham mengatakan teriakan orang tua memang tidak merusak otak anak, tetapi mengubahnya. Hubungannya kurang lebih begini.

Berteriak salah satu cara anak melepas kekesalan dan kecemasan. Setelah berteriak, anak biasanya jauh lebih tenang. Selama otaknya berada dalam fase menenangkan diri ini, neurotransmitter di otak anak mengirimkan biokimia melalui jalur saraf anak yang memerintahnya untuk menenangkan diri.

"Ketika jalur saraf itu sedang bekerja, kemudian tiba-tiba orang tua membalas teriakan anak dengan teriakan mereka, korteks prefrontal dan fungsi eksekutif di otak anak kurang berkembang," paparnya, dilansir dari Fatherly.

Apa yang terjadi setelah itu?

Tubuh anak menafsirkan ketakutan yang mereka rasakan dari teriakan orang tua mereka sebagai bahaya. Biokimia yang dilepaskan otak anak bukanlah yang menenangkan, melainkan biokimia yang membuat anak melawan, melarikan diri, atau mematung.

"Anak mungkin akan memukul orang tua, melarikan diri, atau tubuhnya mematung," kata dr Markham.

Ketiga respons tadi tidak satu pun baik untuk otak anak. Jika mereka menanggapi teriakan orang tua serupa itu berulang kali, perilaku sama akan tertanam di otaknya. Otak akan menginformasikan ke anak bagaimana mereka memperlakukan orang lain dalam kondisi sama, yaitu berteriak ketika orang lain berteriak.

"Meneriaki anak mungkin bisa menghentikan apa yang sedang mereka lakukan, tetapi anak tidak akan memahami suara tinggi orang tuanya dan akan melakukan hal sama di lain hari," tambahnya.

Anak sampai berumur tiga tahun, sebut dr Markham mungkin belum bisa diperlakukan seperti orang dewasa. Emosionalnya belum matang. Orang tua perlu berhenti berteriak dan belajar komunikasi efektif dengan anak demi masa depan.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Parenting dan lifestyle blogger yang senang menuangkan kisahnya di www.muthebogara.blog