Leisure

Terlalu Cantik untuk Dilewatkan, Terlalu Ekstrem untuk Disepelekan! Ini Wajah Sebenarnya Rinjani

Pendakian Gunung Rinjani Sumber:Freepik
Pendakian Gunung Rinjani Sumber:Freepik

Bayangkan kamu berdiri di atas puncak dunia, di tengah dinginnya angin pagi, matahari perlahan menyembul dari cakrawala, dan di bawah kakimu terbentang lautan awan yang membelai lereng Gunung Rinjani.

Begitulah kira-kira ekspektasi para pendaki saat memutuskan menaklukkan gunung tertinggi kedua di Indonesia ini. Tapi seperti banyak kisah petualangan lainnya, jalannya tak selalu mulus.

Baru-baru ini, seorang pendaki asal Brasil, begitu bersemangat, optimisme, dan tekad menuju puncak gunung ini. Tapi siapa sangka, langkahnya menuju puncak justru berujung pada cedera serius, nyawanya melayang ketika melintasi Jalur Toren. Alih-alih jadi cerita heroik, perjalanan itu menjadi pelajaran mahal tentang batas tubuh manusia dan pentingnya memahami risiko.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Mari kita telusuri lebih dalam, apa sebenarnya yang perlu diketahui sebelum memutuskan untuk menaklukkan Rinjani?

Jalur pendakian terstruktur

Gunung Rinjani adalah destinasi wisata yang sebetulnya sudah sangat terorganisir. Saat ini ada enam jalur pendakian utama dan tiga jalur pendakian populer, yaitu Sembalun, Senaru, dan Torean.

Para pendaki akan naik gunung bersama pemandu dan porter yang sudah berpengalaman. Mereka akan mengurus izin pendakian, membawa perlengkapan seperti makanan, air, dan tenda.

Artinya, kamu tidak perlu memikul beban berat. Tapi ini bukan alasan untuk ceroboh. Tas ringan yang nyaman (sekitar 22-30 liter) tetap penting. Gunung bukan tempat untuk gaya, tapi efisiensi dan kenyamanan.

Perlengkapan tidak bisa asal

Banyak yang salah sangka, berpikir cukup dengan sepatu biasa dan jaket tipis. Salah besar. Rinjani bisa ekstrem. Malam hari di kawasan kawah bisa mencapai suhu 10°C atau lebih dingin, dan jalur ke puncak sangat berdebu dan berbatu.

Bekal wajibmu meliputi lapisan dasar pakaian (base layer) yang menghangatkan, lapisan tengah seperti jaket bulu (down layer), lapisan luar tahan air, sepatu gunung atau trail runner berkualitas, headlamp karena pendakian ke puncak dimulai pukul 3 pagi, trekking pole untuk mengurangi tekanan pada kaki dan lutut, dan buff atau bandana untuk menyaring debu.

Pendakian dari air terjun ke kawah

Sehari sebelum pendakian, kamu akan menginap di desa sekitar gunung. Ada jalur-jalur kecil menuju air terjun, pemanasan kecil sebelum tantangan sesungguhnya. Keesokan paginya, pendaki diangkut menggunakan pickup ke titik awal pendakian.

Rute pendakian bervariasi tergantung kondisi dan kelompokmu, tapi mayoritas memerlukan dua hari. Kamu akan melewati hutan lebat, padang rumput luas, hingga kawasan vulkanik yang gersang.

Hari pertama biasanya diakhiri dengan berkemah di tepi kawah, tempat semua lelah seolah terbayar lunas oleh pemandangan kawah Segara Anak yang memesona. Namun jangan terlalu santai. Keesokan subuhnya kamu harus bangun dan memulai "summit attack."

Puncak Rinjani bagai langkah berat menuju surga

Mendaki ke puncak Rinjani ibarat perang melawan gravitasi. Jalurnya terjal, berbatu, dan berdebu. Untuk setiap satu langkah ke depan, kamu bisa melorot setengah langkah ke belakang karena tanah pasir yang longgar.

Pendaki berangkat sekitar pukul 3 pagi, berharap tiba di puncak saat matahari terbit. Meskipun suhu dingin menusuk saat memulai, tubuhmu akan cepat menghangat karena intensitas pendakian. Maka, berpakaianlah berlapis agar bisa menyesuaikan dengan cepat.

Banyak yang kelelahan di jalur ini. Beberapa bahkan berhenti dan tak sanggup melanjutkan. Tapi bila kamu berhasil sampai di atas, pemandangan 360 derajat dari puncak akan menghapus semua letihmu.

Fasilitas nyaman tapi risiko tetap ada

Jangan bayangkan mendaki Rinjani seperti bertahan hidup di hutan belantara. Porter akan memasak makanan lezat di tengah gunung, menyiapkan tenda lengkap dengan matras, sleeping bag, dan bahkan bantal.

Toilet darurat juga tersedia di beberapa titik, lengkap dengan tenda penutup untuk privasi. Di perjalanan turun, ada kejutan menyenangkan, berupa dua sumber air panas alami untuk merendam kaki yang lelah. Tetap waspada. Justru dalam kondisi lelah itulah risiko cedera meningkat.

Menuruni gunung justru lebih berisiko dibanding naik. Banyak yang terjatuh dan mengalami retak pada tulang sakrum, bagian dasar tulang belakang. Awalnya tak terasa, tapi nyeri itu bertahan selama dua bulan. Sebuah peringatan bahwa tubuh punya batas, dan ego kadang membutakan kita.

Pendakian adalah perjalanan jiwa

Rinjani adalah gunung sekaligus guru. Ia mengajarkan tentang pentingnya persiapan, menghormati alam, dan mengenali tubuh kita sendiri. Kamu bisa membeli peralatan termahal, menyewa porter terbaik, tapi tidak ada yang bisa menggantikan kesadaran akan risiko dan batas tubuhmu sendiri.

Mendaki Rinjani bisa jadi pengalaman spiritual. Melihat bintang dari atas gunung, mendengar suara alam yang hening, hingga merasakan kerapuhan tubuh manusia di tengah keagungan alam semesta, semuanya adalah pengingat betapa kecilnya kita.

Jadi, haruskah kamu mendaki Rinjani?

Jawabannya: iya, jika kamu siap. Siapkan fisik, mental, dan perlengkapanmu dengan benar. Dengarkan tubuhmu. Hormati alam. Dan nikmatilah setiap langkahnya, karena puncak hanyalah bonus, proseslah yang membentukmu.***

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Seorang full-time mom di Bekasi yang menjelma jadi penulis serba bisa: novelis, bloger, hingga content writer.