Orang Tua Otoriter Jadi Bumerang Kala Anak Dewasa
Orang tua otoriter mungkin memaksa anak untuk patuh dan tunduk, tetapi cenderung menjadi bumerang ketika anak-anak tumbuh remaja dan dewasa. Keenganan untuk berkompromi, dikombinasikan dengan kebiasaan berteriak dan berkata keras pada anak membuat orang tua terlihat seperti letnan perang di mata buah hatinya.
Orang tua otoriter menciptakan suasana di mana kepatuhan lebih dihargai daripada pengasuhan itu sendiri. Psikiater di MindPath Care Centers, California, Julian Lagoy mengatakan anak-anak yang dibesarkan orang tua otoriter berisiko memiliki fungsi sosial rendah dan penyakit mental.
"Anak yang dibesarkan orang tua otoriter cenderung menjadi orang tua otoriter juga suatu hari nanti," kata Lagoy, dilansir dari Fatherly.
Psikolog di Universitas California, Berkeley, Diana Baumrind pada 1960-an mengategorikan tiga pola pengasuhan anak, yaitu otoriter, permisif, dan otoritatif.
Orang tua permisif memerhatikan kebutuhan anak, tetapi sangat sedikit menuntut. Orang tua otoriter menuntut banyak dari anak, tetapi sangat sedikit memberi umpan balik positif ke anak.
Titik manis dari kedua gaya pengasuhan ini adalah pengasuhan otoritatif. Kedengarannya mirip dengan pengasuhan otoriter, tetapi sesungguhnya sangat berbeda.
Orang tua otoriter memenuhi kebutuhan anak mereka, tetapi di bawah gaya pengasuhan otoriter, di mana kebutuhan dan keinginan orang tua lebih diutamakan. Orang tua otoriter memprioritaskan kontrol atas hubungan orang tua dan anak, misalnya menghukum anak dengan keras ketika berbuat kesalahan.
Idealnya orang tua memberi anak ruang untuk belajar dari kesalahan. Tujuannya untuk memperkuat nilai dan membantu anak mengembangkan diri.
Gaya pengasuhan otoriter ketat, kaku, dan melecehkan anak. Akibatnya anak tumbuh agresif, memberontak, pendendam, dan sulit mengontrol amarah. Gampang sekali menebak seorang anak dibesarkan orang tua otoriter atau tidak.
Orang tua otoritatif hanya menggunakan otoriter sebagai rem darurat, tidak setiap saat. Setelah melakukannya, orang tua tipe ini biasanya berani minta maaf kepada anak, terbuka, dan melanjutkan hal yang dianggap baik oleh kedua belah pihak.
Orang tua berani mengaku jika berbuat kesalahan. Berbeda dengan orang tua otoriter yang terus membela diri dan membenarkan diri.
Bergeser dari pola asuh otoriter memang tidak mudah. Namun, upaya ini layak kita coba demi membuka masa depan lebih sehat untuk anak-anak kita.