Ayah yang Terus Memperbaiki Diri
ParentingKetika kita terus menerus memikirkan tantangan hidup dan betapa sulitnya menjadi orang tua, itu sama artinya kita berpikir hendak menenggelamkan diri. Hidup memerlukan tantangan dan itu adalah fakta tak terbantahkan.
Kita bisa merenungi analogi berikut. Otot pada tubuh kita tidak akan bekerja tanpa peregangan. Suka atau tidak, setelah kita jalan di tempat, lari 100 meter, berlompatan ketika olah raga, rasa sakit tak bisa dihindari. Namun, apakah gerakan peregangan bisa dilakukan dengan cara lain? Tidak ada.
Kita tidak bisa mendaki untuk mencapai puncak gunung dengan jalur lurus-lurus saja. pasti ada tiga empat belokan, bahkan beberapa jalur memutar.
Kenapa? Karena sepanjang perjalanan mencapai puncak gunung itu, kita pasti bertemu pohon, batu besar, jalan licin, kadang-kadang satwa liar yang kita temui di sepanjang jalur pendakian. Anggaplah semua hal yang kita temui itu sama dengan tantangan.
Kira-kira apa kita bisa senang mendaki gunung dengan tanah mulus, lurus, gersang, tanpa ada pepohonan dan kicauan burung. Serunya di mana? Begitulah hidup, pasti sepi tanpa tantangan.
Sekarang kembali pada kenyataan menjadi seorang ayah.
Selama bebera dekade dahulu, ayah yang baik adalah ayah yang pergi pagi pulang malam untuk bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga. Ayah yang baik adalah ayah yang bisa libur di akhir pekan dan menjadi polisi ketika anak dianggap nakal.
"Tunggu saja sampai ayah pulang, biar ayah menghukum kamu."
Pasti kita familiar dengan ancaman ibu zaman dahulu, kira-kira 30-40 tahun lalu.
Kalau zaman sekarang, ayah yang baik bukanlah ayah yang ditakuti anak, melainkan ayah yang dihormati anak. Pemikiran ayah zaman dahulu perlahan memudar ketika masyarakat kita akhirnya sadar bahwa pengasuhan anak tidak bisa diserahkan seluruhnya pada istri di rumah.
Kita sedang bergerak menuju dunia di mana ayah dan ibu punya kedudukan setara menjadi orang tua, setara di tempat kerja, dan setara dalam berbagai hal lainnya.
Ayah yang baik adalah ayah yang terus memperbaiki diri. Ayah yang baik adalah ayah yang mendorong anaknya menemukan jawaban hidup sendiri, bukan mengatur hidup anaknya dari kecil hingga dewasa.
"Ayah, kenapa langit warnanya biru? Kenapa daun warnanya hijau?"
"Ayah tidak tahu. Menurut kamu kenapa langit itu biru dan pohon itu hijau?"
Yakinlah setelah itu anak kita akan menjadi anak yang penuh rasa ingin tahu dan mengeksplorasi banyak hal. Anak kita akan menjadi anak yang setelah tahu daun itu hijau, dia akan mencari tahu kenapa pelangi warna-warni, kenapa malam itu gelap, kenapa siang itu terang, dan sebagainya.
Ayah yang baik mendorong anaknya berpikir dengan cara sendiri, sekali pun dia tahu seluruh jawaban dari pertanyaan sang anak.
Selalu ada waktu untuk mengevolusi hidup kita sebagai seorang ayah. Apa yang kita tabur hari ini, itu pula yang kita tuai hari nanti. Tetap semangat, ayah!