Kerusakan Padang Lamun Timbulkan Banjir Metana

Lingkungan  
Kerusakan ekosistem padang lamun di Indonesia memicu banjir metana
Kerusakan ekosistem padang lamun di Indonesia memicu banjir metana

Kita mengenal ekosistem padang rumput di daratan. Nah, kalau di laut, kita akan bertemu dengan ekosistem padang lamun.

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang hidup dengan cara beradaptasi dengan habitat perairan laut dangkal. Pola hidup lamun berupa hamparan, sehingga muncul istilah padang lamun atau seagrass bed.

Padang lamun di Indonesia menyebar dari bagian barat Aceh, Nias, dan Lampung. Berikutnya adalah Lombok, Nusa Tenggara Timur, pantai barat Sulawesi Selatan, sebagian Maluku Utara, dan Pulau Biak di Papua. Lamun juga terdapat di sebagian Pulau Jawa dan Kalimantan, tetapi jumlahnya terbatas.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Luasan total lamun di Indonesia diperkirakan mencapai tiga juta hektare (ha). Namun, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Oseanografi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperkirakan luasan padang lamun di Indonesia hanya tersisa 1,8 juta ha.

Pengurangan drastis tersebut dipicu laju kerusakan padang lamun 2-5 persen per tahun yang sudah berlangsung selama puluhan tahun.

Fungsi Padang Lamun

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati lamun yang tinggi, mencapai 16 jenis. Mereka adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Halophila major, Halophila sulawesii, Halophila becarii, Halophila minor, Halophila decipiens, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Halophila spinulosa, Cymodocea serrulata, Cymodocea rotundata, Syringodium isotifolium, Thalassodendron ciliatum, dan Ruppia maritima.

Fungsi padang lamun terkait dengan siklus karbon laut dan iklim kita. Lamun menyerap karbon dioksida dari atmosfer dan menyimpannya di bawah substrat yang mengakar ke tanah atau sedimen perairan.

Lamun membentuk dasar ekosistem penting. Dia adalah rumah bagi banyak hewan laut, termasuk spesies penyu, kuda laut, dan ikan-ikan dilindungi.

Padang lamun juga melindungi pantai dari erosi dan menyerap jutaan ton karbondioksida dari atmosfer sepanjang tahun. Perairan yang padang lamunnya terjaga dengan baik bisa menjadi bank biomassa karena menyimpan karbon secara berkelanjutan.

Masyarakat sekitar juga menjadikan lamun sebagai sumber ekonomi. Pasalnya ekosistem padang lamun potensial menghasilkan ikan, udang, lobster, cumi-cumi, sotong, udang, ranjungan, kerang, dan biota lainnya yang bisa dikonsumsi.

Lamun Memproduksi Metana

Penelitian Max Planck Institute for Marine Microbiology (MPIMM) di Jerman menemukan sisi lain dari ekosistem padang lamun. Padang lamun ternyata memproduksi metana, salah satu zat rumah kaca paling berbahaya di dunia.

Dengan demikian padang lamun seolah memiliki madu dan racun sekaligus dalam tubuhnya, persis seperti ekosistem gambut. Lamun bisa mengikat jutaan ton karbondioksida, tetapi dia juga memproduksi metana. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).

Sina Schorn dan rekan-rekan peneliti dari MPIMM menyebutkan lamun sebagaimana tanaman terestrial pada umumnya membentuk endapan gambut dalam jumlah besar di bawah permukaan sedimen. Metana dalam sedimen lamun terbentuk dari satu kelas senyawa organik bernama betaine yang diproduksi tanaman lamun itu sendiri untuk mengatasi perubahan salinitas air laut.

Mikroorganisme khusus dalam lamun yang disebut archaea metanogenik dapat mengubah betaine tadi menjadi metana. Produksi metana di padang lamun sangat efisien dan tahan terhadap tekanan lingkungan.

Bagaimana jika ekosistem padang lamun rusak?

Artinya kita bersiap menghadapi banjir metana yang memperburuk bencana perubahan iklim di Indonesia. Bayangkan, hampir separuh ekosistem padang lamun di Indonesia sudah rusak.

Kita sudah mengalami banjir metana ini selama puluhan tahun tanpa kita sadari. Bencana yang terlihat mungkin tidak seperti asap hasil kebakaran gambut di darat yang juga mengeluarkan metana dalam jumlah besar. Namun, bencana metana di laut layaknya pembunuh yang diam-diam menghanyutkan.

Kerugian kita bahkan dua kali lipat. Padang lamun yang sudah mati ternyata tetap melepaskan metana ke atmosfer sebagaimana disampaikan Jana Milucka, peneliti senior di Kelompok Peneliti Gas Rumah Kaca MPIMM.

"Sekarang kita melihat padang lamun rusak di seluruh dunia yang berdampak pada ekosistem pesisir. Hasil penelitian kami mengingatkan bahwa kerusakan lamun bukan berarti kita hanya kehilangan tempat menyimpan cadangan karbon, tetapi lamun mati tetap melepaskan metana," papar Milucka.

Hasil penelitian ini memperkuat pentingnya konservasi padang lamun bagi mitigasi perubahan iklim di berbagai negara. Selanjutnya MPIMM berencana memperluas penelitian mereka ke wilayah lain dan spesies lamun lainnya. Mereka hendak memelajari mikroorganisme yang terlibat dalam produksi metana pada lamun lebih terperinci.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Parenting dan lifestyle blogger yang senang menuangkan kisahnya di www.muthebogara.blog

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image