Gaya Hidup

Tidur Saja tak Cukup, Kamu Butuh Rehat Supaya Hidup tak Berat.

Rehat bukan cuma tidur/ Foto: olahan pribadi dengan Canva
Rehat bukan cuma tidur/ Foto: olahan pribadi dengan Canva

Kita sering berpikir tidur cukup artinya cukup istirahat. Padahal tidur dan istirahat adalah dua hal berbeda dan banyak dari kita salah mengartikan keduanya.

Pas capek, kita tidur. Pas suasana hati lagi buruk alias bad mood, kita tidur. Pas emosi lagi kacau, kita tidur. Ya wajar begitu kita bangun tidur, badan masih capek, hati masih lelah.

Tujuh Jenis Rehat

Kita salah karena belum memahami bentuk-bentuk istirahat yang sebenarnya. Berikut adalah tujuh jenis rehat dalam hidup yang perlu diketahui.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

1. Rehat fisik

Rehat fisik bentuknya ada yang aktif dan pasif. Istirahat fisik yang pasif ketika kita tidur siang dan tidur malam hari, sedangkan istirahat fisik yang aktif bisa didapatkan dengan cara yoga, peregangan, pijat, dan terapi lainnya. Tujuannya melancarkan sirkulasi tubuh.

2. Rehat mental

Sebagian kita memulai aktivitas harian ditemani secangkir kopi. Saking seringnya minum kopi, kita jadi gampang tersinggung, pelupa, dan semakin sulit fokus pada pekerjaan.

Begitu tiba waktunya tidur malam hari, kita malah tak bisa tidur. Otak kita masih aktif karena banyak kejadian hari ini memenuhi pikiran. Sekali pun kita tidur 7-8 jam, kita tetap saja bangun dengan badan lemas seakan tidak tidur sama sekali.

Itu tandanya kita kekurangan rehat mental. Yang kita butuh bukan kopi, bukan pula resign kerja atau cuti liburan.

Rehat mental sebetulnya bisa dilakukan dengan hal-hal sederhana. Jadwalkan istirahat pendek setelah dua jam aktif bekerja. Jeda pendek ini bisa me-refresh otak kita.

Kita juga bisa membiasakan journaling, menulis catatan-catatan kecil di buku tentang kejadian menarik yang kita alami setiap harinya.

3. Rehat sensorik

Sepanjang pandemi kita bekerja dari rumah, terpapar layar ponsel dan laptop sepanjang hari, zoom meeting berjam-jam, menjawab panggilan telepon dan chat bertubi-tubi, belum lagi suara bising anak-anak di rumah.

Semua ini bisa kita atasi dengan rehat sensorik. Caranya mudah, semudah menutup mata selama semenit, mencabut kabel-kabel sambungan peralatan elektronik sekitar kita untuk mengurangi radiasi ketika istirahat siang dan malam hari.

4. Rehat kreatif

Rehat ini sangat penting kalau kita membutuhkan ide baru, mencari solusi masalah, atau sedang ingin bertukar pikiran. Rehat kreatif mirip dengan rekreasi yang mengembalikan kita menjadi kreatif.

Mungkin kita butuh jalan-jalan, piknik, liburan, atau cuti melakukan hal-hal yang disukai. Biarkan diri kita menikmati serunya menjadi diri sendiri.

Rehat kreatif juga bisa dilakukan dengan cara mengganti suasana ruang kerja, kamar tidur, dan renovasi lainnya.

5. Rehat emosional

Kita butuh ruang untuk mengekspresikan perasaan dan ide-ide kita terlepas dari tuntutan orang lain. Jangan selalu ingin tampak baik-baik saja di depan orang lain.

Ada kalanya kita mengakui kita tidak sedang baik-baik saja. Begitu teman menanyakan kabar kita hari ini, jawab dengan jujur bahwa kita lagi bosan, lagi sedih, atau perasaan lain yang sebelumnya tak pernah mau kita ungkapkan.

6. Rehat sosial

Kalau kita tidak lagi bisa mengenal perasaan kita, apakah kita bahagia atau tidak, seperti mati rasa menghadapi orang lain, itu tandanya kita membutuhkan rehat sosial. Mungkin saja kita tidak sadar bahwa kita sedang terikat hubungan yang melelahkan.

Perbanyak teman yang bisa menghidupkan vibe positif dan suportif. Jauhi teman toxic, juga pasangan toxic.

7. Rehat spiritual

Ini adalah rehat terakhir yang menghubungkan kita kembali dengan Sang Pencipta. Perbanyak doa dan berserah diri pada Yang Kuasa.

Sejatinya bahagia dan sedih datang dari-Nya. Jadi, begitu ada masalah yang tak kunjung terpecahkan, kembalikan semua jalan keluar pada-Nya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Parenting dan lifestyle blogger yang senang menuangkan kisahnya di www.muthebogara.blog