Fesyen dan Tekstil Sumbang Empat Persen Emisi Global

Lingkungan  
Industri fesyen dan perubahan iklim/ Foto: olahan pribadi dengan Canva
Industri fesyen dan perubahan iklim/ Foto: olahan pribadi dengan Canva

Industri fesyen dan tekstil berikut seluruh rantai pasoknya turut berkontribusi pada perubahan iklim. Sumber daya alam diekstraksi, habitat dieksploitasi, emisi gas beracun dihasilkan, sumber air tercemar, dan pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab membuang limbah sembarangan.

Kita masih ingat kejadian PT SPH, perusahaan tekstil di Karawang yang membuang limbah berbahaya ke aliran Sungai Citarum. Ada juga industri tekstil di Temanggung yang membuang limbah sembarangan sehingga mencemari air Sungai Elo.

Penelitian McKinsey menunjukkan industri fesyen dan tekstil global bertanggung jawab atas 2,1 miliar metrik ton emisi gas rumah kaca pada 2018, sekitar empat persen dari total emisi global. Banyak yang terkejut mendengar fakta ini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kain pakaian terbuat dari apa? Jawabannya adalah plastik.

Mungkin sebagian kita membantah, mana mungkin pakaian terbuat dari plastik? Kita sama sekali tidak merasa mengenakan plastik. Sekarang, coba periksa label pakaian kita.

Sekitar 65 persen pakaian yang kita kenakan terbuat dari bahan sintetis, seperti poliester, akrilik, dan nilon. Poliester adalah plastik terbuat dari minyak bumi di mana untuk mengekstraksinya harus melepaskan sejumlah besar karbon dioksida ke atmosfer.

Jumlah poliester untuk bahan pakaian telah berlipat ganda selama 20 tahun terakhir. Setidaknya setengah miliar barel minyak dibutuhkan per tahunnya untuk memenuhi permintaan produksi poliester.

Plastik membutuhkan waktu ratusan bahkan ribuan tahun untuk terurai. Sejak plastik pertama kali ditemukan 1846, dunia telah memproduksi delapan miliar metrik ton plastik yang sebagian besarnya masih belum terurai sampai hari ini. Sekalipun plastik sudah terpecah menjadi potongan-potongan terkecil, disebut mikroplastik, statusnya tetap belum terurai.

Mikroplastik mengisi lautan kita, menyusup ke rantai makanan kita, dan akhirnya kembali lagi ke kita melalui ikan dan makanan laut yang kita makan.

Fesyen dan Tekstil Ramah Lingkungan

Adakah pilihan alternatif untuk kain pakaian yang ramah lingkungan? Beralih dari kain sintetis ke beberapa bahan di bawah ini.

1. Kapas

Kapas adalah solusi paling alami dan sekitar 20 persen serat yang digunakan dalam industri fesyen adalah kapas. Jejak karbon kapas lebih rendah dari pada poliester.

Masalahnya, kapas tetap saja berkontribusi pada kerusakan lingkungan. Sebagai tanaman pertanian, pupuk yang digunakan untuk menanam kapas melepaskan gas rumah kaca berupa nitrous oxide.

Kapas organik berdampak lebih rendah terhadap kerusakan lingkungan, menawarkan 40 persen potensi pemanasan global dibanding kapas tradisional.

Masih banyak yang bisa kita lakukan sebagai konsumen. Pertama, memilih baju berkualitas dari pada mengedepankan mode. Kedua, memperbaiki baju yang rusak atau memperpanjang masa pakainya. Ketiga, membeli pakaian bekas.

2. Rami

Rami adalah tanaman serba guna yang hanya membutuhkan sedkit air untuk tumbuh. Rami sejak ribuan tahun sudah digunakan untuk bahan pembuat pakaian, tali, bahkan keranjang.

Rami adalah gulma keras yang bisa tumbuh cukup banyak di mana saja, tanpa memerlukan pestisida berbahaya. Rami justru bagus untuk tanah tempat dia tumbuh karena mengembalikan 60-70 peren nutrisi yang dibutuhkan tanah.

3. Linen

Linen mirip dengan rami dan sudah digunakan memproduksi barang, seperti kanvas, kantong teh, bahkan uang kertas. Bentuknya lembut, berkilau, dan fleksibel.

Linen sepenuhnya bisa terurai, hanya membutuhkan sedikit air untuk tumbuh. Pengunaan pestisida untuk menyuburkannya pun minimal.

4. Serat daur ulang

Cara lain mengimbangi emisi dari industri fesyen dan tekstil adalah mengolah serat daur ulang. Praktiknya kurang lebih sama seperti kita mengolah plastik bekas.

Setelah bahan tekstil digunakan, alih-alih dikirim ke insinerator, bahan tekstil tadi dimasukkan kembali ke dalam rantai pasok di mana dia menjadi bagian dari pakaian lain.

Daur ulang serat kurangi emisi gas rumah kaca/ Foto: olahan pribadi dari Canva
Daur ulang serat kurangi emisi gas rumah kaca/ Foto: olahan pribadi dari Canva

Ketika sebuah produk didaur ulang, produk tersebut direduksi menjadi komponen-komponen lainnya. Kaos polo misalnya didaur ulang kembali menjadi serat sintetis dan bereinkarnasi menjadi bentuk lain.

5. Komitmen bersama

Pada 2018, banyak pemangku kepentingan di industri mode dunia berkumpul di Gedung PBB untuk menyepakati Fashion Industry Charter for Climate Action. Ini adalah piagam perjanjian pertama pelaku industri mode untuk menanggulangi perubahan iklim.

Beberapa inisiatof dan pencapaiannya, antara lain:

· Levi, Strauss & Co berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca dari fasilitas produksinya sebesar 90 persen dari fasilitas mereka sendiri dan 40 persen dari seluruh rantai pasok.

· H&M berencana menjalankan 100 persen energi terbarukan pada 2040.

· Inisiatif mengadakan Green Fashion Week dan X-Ray Fashion untuk menunjukkan komitmen para desainer dunia menuju lingkungan berkelanjutan.

· PBB menginisiasi the Conscious Fashion Campaign sebagai bagian dari UN's Sustainable Development Goals.

Kita sedang menghadapi krisis perubahan iklim di mana dampaknya sudah terasa di seluruh dunia. Banjir bandang mematikan, naiknya permukaan laut, hingga gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Semua bukti ini menjelaskan bahwa perubahan iklim bukanlah ancaman masa depan, melainkan kenyataan yang kita hadapi saat ini.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

Parenting dan lifestyle blogger yang senang menuangkan kisahnya di www.muthebogara.blog

Kontak Info

Jl. Warung Buncit Raya No 37 Jakarta Selatan 12510 ext

Phone: 021 780 3747

[email protected] (Marketing)

× Image