Seperti Apa Rasanya Hamil Kembar?
Hamil anak kembar melipatgandakan kebahagiaan sekaligus kekhawatiran. Cuma perempuan yang sedang atau pernah hamil kembar yang tahu rasanya mengandung dua janin atau lebih di perut.
Ibarat main sepak bola, tendangannya lebih terasa dan lebih ramai. Seru ya? Hamil kembar adalah perjalanan mengasyikkan, menakutkan, melelahkan, pokoknya serba luar biasa.
Pengalaman Hamil Kembar
Banyak mitos seputar kehamilan kembar, tetapi kali ini kita tidak akan membahasnya. Kita akan fokus pada fakta-fakta seperti apa rasanya hamil kembar? Ini berdasarkan pengalaman pribadi saya yang pernah menjalani kehamilan tunggal juga kehamilan kembar.
1. Lebih lelah dan lebih gampang sakit
Betul sekali. Hamil satu anak saja melelahkan, apalagi hamil dua anak? Sakit punggung dan kram kaki adalah derita paling umum yang saya rasakan sepanjang mengandung si kembar.
Rupanya produksi hormon, seperti human chorionic gonadotropin (hCG), progesteron, relaksin, dan estrogen lah penyebabnya. Hormon-hormon tersebut membuat kita seolah ingin muntah terus sepanjang waktu, dan ingin buang air kecil terus. Relaksin bahkan membuat kita sering nyeri punggung.
Kita mengandung dua bayi, berarti hormon-hormon tersebut diproduksi lebih banyak, meski tidak dua kali lipat, tetapi cukup memicu gejala-gejala sakit yang tidak mengenakkan tadi.
2. Perut ebih cepat membesar, bahkan sangat besar.
Perempuan yang tengah hamil tunggal mungkin masih bisa menyembunyikan kehamilannya sampai usia kandungan enam bulan. Beda cerita dengan perempuan yang hamil kembar.
Pas kandungannya masih tiga bulan, orang-orang melihatnya seperti tengah hamil lima bulan. Pas kandungannya masih lima bulan, orang-orang melihatnya seperti tengah hamil delapan bulan.
Saat usia kandungan menginjak delapan atau sembilan bulan, saya bahkan disebut mirip induk kerbau oleh ibu sendiri, saking buncitnya perut saya. Nyaris tak ada lagi celana yang bisa saya kenakan, sehingga saya harus membeli celana baru dengan ukuran minimal XXL.
3. Hamil trimester dua rasa trimester tiga
Hamil kembar itu membuat trimester dua rasa trimester tiga. Mobilitas hampir mentok di bulan keenam dan seterusnya. Mobilitas semakin sulit, sehingga saya jadi mager alias malas gerak.
Serba salah jadinya. Kalau tidak bergerak, kaki bisa membengkak seperti kaki gajah. Hal yang paling membuat saya kesan adalah saat mencuci piring, di mana buncitnya perut sudah mengalahkan panjang jangkauan tangan saya untuk membilas piring kotor di dapur.
Saya juga kesal saat harus memotong kuku kaki. Syukurlah suami saya dengan setia membantu saya melakukannya sejak usia kehamilan saya menginjak tujuh bulan.
Lainnya saya kesal kalau sedang jalan-jalan ke mal, lalu balik ke parkiran dan menemukan mobil saya diapit begitu sempit oleh mobil lain. Saya kesal karena saya tak bisa menyelipkan diri masuk mobil, kecuali suami mengeluarkan mobil dari kotak parkir lebih dulu.
4. Tidak bisa telentang dan tengkurap
Posisi abadi tidur ibu yang sedang hamil kembar adalah miring kiri atau miring kanan. Kalau saya nekat tidur telentang lebih lima menit, siap-siap sesak napas.
Si kembar pun tidak nyaman di perut ketika saya telentang, sehingga mereka akan menendang saya begitu hebatnya, bahkan berputar posisi dalam perut.
Setiap gerakan mereka, ketika tubuh mereka kian besar, membuat saya tidak nyaman. Namun, meski sakit, saya selalu tersenyum menikmati momen tersebut.
Hamil kembar berarti harus sedia banyak bantal di kamar. Saya masih ingat saya punya enam bantal di kasur. Dua bantal di bawah perut kiri dan kanan, dua bantal di kepala, sisanya di kaki. Posisi bantal-bantal tersebut ditata sedemikian rupa untuk menyambut pergerakan tubuh saya saat tidur.
5. USG lebih sering
Ibu yang sedang hamil kembar lebih sering menjalani pemindaian dengan ultrasonografi (USG) ketimbang ibu hamil tunggal. Saya kalau tidak salah USG setiap bulan selama 5-6 bulan pertama. Setelah itu, pemindaian dilakukan lebih sering, yaitu dua pekan sekali.
Risiko komplikasi kehamilan kembar lebih tinggi. Pada usia kandungan 19 pekan misalnya, dokter mencari indikasi buruk jika janin saya misalnya terdiagnosis down syndrome atau cacat tabung saraf (spina bifida). Ciri-ciri fisik itu bisa dilihat dengan jelas melalui USG.
Bukan cuma si kembar yang berisiko, ibunya juga. Ibu kembar berpotensi komplikasi sebagaimana ibu tunggal.
Anemia atau kekurangan zat besi umum terjadi pada ibu dengan kehamilan kembar. Lainnya adalah plasenta pravia dan diabetes gestasional.
6. Persalinan mungkin lebih awal
Bayi kembar biasanya lahir sebelum usia kandungan menginjak 40 pekan, usia normal kehamilan tunggal. Namun, itu bukan masalah karena janin kembar bisa dinyatakan matang saat sudah di atas 38 pekan.
Sebagian ibu yang mengandung anak kembar melahirkan pada 36-37 pekan. Kembar juga berisiko prematur ketika lahir terlalu dini.