Belajar Memelihara Kerbau Setengah Dikandangkan
Oleh: E.K.S Harini Muntasib*
Pernahkah kamu mendengar budaya beternak kerbau dengan cara setengah dikandangkan? Tim Institut Pertanian Bogor (IPB) dipimpin Profesor E.K.S Harini Muntasib pada 10 Juni 2022 berkunjung ke ruang dekat Arboretum Desa Ujung Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Itu adalah lokasi pemeliharaan 153 ekor kerbau di desa tersebut. Awalnya kerbau-kerbau ini diikat pada satu lokasi sore sampai pagi hari, kemudian dilepaskan pengangon sekitar lokasi tersebut. Tidak ada pakan khusus diberikan kepada ratusan hewan ternak ini.
Lokasi merumput kerbau-kerbau ini masuk ke dalam zona tradisional Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang selama ini sebagiannya digarap masyarakat Desa Ujung Jaya. Saat ini badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di TNUK berdasarkan kesepakatan internasional tentang pengelolaan badak jawa perlu dibangunkan kandang besar yang akan dikelola intensif.
Mamalia terancam punah ini perlu dipagari supaya tidak ada interaksi lagi dengan ternak lain di lokasi tersebut, mengingat sebagian kecil lokasi tadinya digunakan masyarakat untuk menggembala kerbau.
Dua orang tim IPB yang hadir di lokasi kebetulan mendalami Sekolah Peternakan Rakyat. Sebagai langkah awal, nantinya kerbau-kerbau ini akan diberikan lokasi kandang (cantolan) dan ruang penggembalaan terbatas. Pengangon belajar memelihara kerbau dengan cara setengah dikandangkan.
Apa maksudnya setengah dikandangkan?
Kerbau-kerbau tadi tetap diberikan lokasi penggembalaan, tetapi luasannya lebih terbatas. Dalam hal ini mereka memerlukan pakan tambahan.
Pakan tambahan yang awalnya diajarkan adalah pembuatan silase yang berasal dari berbagai jenis hijauan di lokasi tersebut. Hijauan disimpan selama 14 hari dalam wadah tertutup rapat atau menggunakan plastik dengan prinsip fermentasi.
Apabila hijauan tersebut berbau busuk, maka fermentasi gagal. Apabila hijauan tadi berbau tapai, maka fermentasi sukses. Peternak bisa memberikan hasilnya pada kerbau sembari mengamati perkembangannya.
Lurah Ujung Jaya mendukung ide tersebut. Dia tak menampik pasti ada penolakan awal dari masyarakat, terutama yang belum pernah melakukan praktik pembuatan ransum tambahan ini. Namun, harapannya ke depan cara ini bisa meningkatkan pendapatan masyarakat.
*Penulis adalah akademisi Fakultas Kehutanan IPB.